Di ambang hatimu, kau berdiri dan menatap kasihan pada dirimu sendiri. Hidup melulu memberi luka yang sama melalui orang-orang paling kau percaya. Pisau di tangan mereka menoreh berbagai bentuk luka yang kesemuanya berujung perih, "kami tak sengaja dan tak ingin melakukannya, percayalah"
Kau masuki hatimu dengan perasaan yang kau coba tenang-tenangkan. Kau ingin sekali memeluk orang-orang yang kau cintai itu, tapi dadamu yang telah penuh oleh kecewa menimbulkan rasa sesak. Kau bahkan tak punya tenaga untuk sekadar bersapa, menghadap mereka dengan senyum terbaik yang kau punya.
Kau menepuk bahumu sendiri, tubuh yang begitu akrab dengan luka ini, rasanya lelah sekali. Kau ingin tidur panjang di dalam dadamu, melepas semua beban yang kau punya, sampai semuanya terasa membaik, hingga akhirnya kau bisa kembali bangun menata diri di hari-hari. Kau membayangkan ruang sunyimu yang hanya kau isi dengan dirimu, bermesraan, dan memeluk diri siang dan malam. Kau tidak ingin orang lain, sebab orang-orang yang bahkan kau anggap penting, menganggapmu tidak.
Kau biarkan datang-pergi sesiapa saja dalam hidupmu, sebab begitulah manusia. Barangkali kau pada akhirnya benar-benar bersendirian. Berada dalam duniamu sendiri semoga tak membosankan. Nanti ada hari kau akan percaya bahwa kebahagiaan bisa hadir dari hal kecil sekalipun. Lain hari kau ada di tempat, di mana rasa sedih seolah tak bergerak sedetikpun darimu. Kehidupan berganti wajah dari hari ke hari di hadapanmu. Kau akan belajar menerima, memahami, dan menjalani.
Kau harus berjanji akan lebih sering memeluk diri, memberi kasih padanya, itu akan membuatmu kuat sendiri. Kau akan melihat dirimu yang tumbuh baik dari peluk-pelukmu, percayamu, dan ketakhinggaan dari kasihmu untuk diri. Meski orang-orang pergi, kau terus kokoh berdiri.

