
Apa yang mesti dilakukan ketika orang yang pernah singgah dalam hati kita datang kembali pada waktu yang tiba-tiba? Mengusik kembali hidup kita yang sudah tenang? Memaksa kita untuk melempar kembali kenangan-kenangan yang sudah kita redam untuk muncul ke permukaan? Mengelupas luka kita yang sudah hampir kering dengan senyumnya lagi? Takdir memang tak pernah mampu kita gambar.
Fiona, ia bertemu dengan lelaki masa lalunya tanpa diduga. Siang itu, ia berkunjung ke rumah kliennya untuk melihat kondisi rumah. Pekerjaannya sebagai designer interior memang mengkhususkannya untuk mengambil gambar dan mengukur ruang pada rumah klien untuk keperluannya. Kliennya adalah seorang artis, Bianca namanya. Ia tak ingin datang terlambat karena ia tak suka menunggu dan ditunggu. Namun, betapa terkejut ketika mendapati bukan Bianca yang datang menemuinya tetapi ia. Lelaki yang diharapnya takkan pernah ia temui seumur hidupnya lagi. Lelaki yang telah menghancurkannya. Lelaki yang membuat semua orang yang dicintainya pergi. Ia tak bisa mengelak. Bosnya (Raymond) perfeksionis dan selalu memaksa setiap orang yang bekerja dengannya harus perfect. Demi pekerjaannya, ia harus mengerjakan design rumah Evan.
Evan pun tak pernah menyangka bahwa ia akan menemukan Fiona-nya. Kekasihnya yang ia tinggalkan 13 tahun yang lalu karena ia harus melanjutkan studi ke Jerman. Ia pergi dengan rasa pengecut yang disimpan dalam hati. Ia tak mampu bertanggungjawab setelah mengambil sesuatu yang berharga milik Fiona. Evan malah meminta Fiona untuk menggugurkan kandungannya dan memberikan sejumlah uang. Fiona memang pergi dari hidup Evan dan berharap ia tak akan menjumpai lelaki itu lagi. Ia membenci Evan dengan janji-janjinya. Sejujurnya, Evan sangat mengharapkan pertemuan itu. Ia sangat senang ketika tak menemukan cincin kawin pada jemari Fiona. Evan menjawab sejujurnya ketika ditanyai Fiona tentang istrinya. Bianca memang istrinya, tepatnya calon mantan istri karena Evan dan Bianca akan bercerai. Sebaliknya, Fiona malah membohongi Evan dengan mengatakan bahwa suaminya telah meninggal.
Fiona telah berubah dan belajar mandiri. Ia terlihat lebih dewasa menyikapi Evan. Ia tak ingin mengulang kesalahannya di masa lalu. Fiona memiliki tanggung jawab yang sudah diembannya. Ia harus menghidupi dirinya sendiri dan Kejora, anaknya yang sedang duduk di bangku SMP. Evan sangat berharap Kejora putrinya, namun Fiona membohonginya. Hingga suatu hari, saat Evan mengunjungi Fiona dan membawakannya bunga matahari, ia melihat Kejora sekilas. Kejora sangat mirip dengan Fiona, namun Ia tak bisa menapik kalau Kejora sepertinya juga memiliki kemiripan dengannya sendiri.
Suatu siang, ia bertemu Kejora sedang bersama teman-temannya. Tak ragu, ia segera mendekat dan mengenalkan diri bahwa mereka pernah bertemu sewaktu Evan mengunjungi Fiona. Sepulangnya ke rumah, Fiona dibuat terkejut oleh Kejora yang membawa buku sangat banyak. Sambil berceloteh, Kejora mengatakan kalau itu adalah hadiah dari Om Evan. Fiona mulai takut. Ia lalu meminta Kejora untuk menginap di Sukabumi menemani ibunya selama liburan. Kejora menurut dengan janji akan mendapat 10 buku untuk jatah seminggu. Hobi membaca Kejora memang menurun dari ayahnya.
Fiona tetap mengerjakan design rumah Evan sampai selesai. Anehnya, setelah satu ruangan selesai, Evan akan meminta Fiona untuk mengerjakan ruangan yang lain. Evan ingin selalu dekat dengan Fiona. Hingga satu hari, Kejora dikabarkan sakit oleh ibu Fiona. Ia bersama Evan lantas ke Sukabumi. Kejora divonis DBD oleh dokter dan harus mendapat donor darah AB secepatnya. Sontak Evan terkejut dan meninggalkan Fiona untuk keluar. Fiona berpikir bahwa Evan sudah tau posisi Kejora dan berniat meningalkannya dan Kejora. Ia semakin yakin bahwa lelaki itu memang pengecut dan tak ingin bertanggung jawab. Pontang-panting ia mencari donor AB untuk anaknya sampai ke rumah sakit lainnya. Sementara Evan susah mencarinya kemana-mana. Akhirnya Evan mendonorkan darahnya untuk Kejora. Fiona menjumpai Evan setelah menemui ibunya. Lantas mengajaknya ke kantin untuk makan siang. Fiona lalu mengungkapkan semua hal tentang Kejora dan betapa terkejutnya Evan mendengar itu. Evan bersyukur Fiona tidak menuruti kemauannya.
Mereka kembali menjalani hubungan dengan baik. Evan sedikit kecewa karena Kejora tak memanggilnya Papa atau Daddy, tapi tak terlalu mempermasalahkannya karena ia sudah bahagia bisa bersama mereka. Mereka menghabiskan waktu bersama-sama, liburan ke kebun strawbery Evan,dll. Evan lalu meminta Fiona mendesain kamar anak perempuan di rumahnya. Tak diduga, Bianca datang ketika Fiona sedang mengejakannya. Ia mengatakan bahwa ia dan Evan akan rujuk dan mengambil Kejora dari Fiona. Bagi Bianca tak masalah, karena Kejora memang anak biologis dari Evan. Toh, ia sekarang bisa memenuhi harapan Evan untuk memiliki puteri. Emosi Fiona memuncak. Ia pulang ke rumahnya dan meninggalkan semua barang pemberian Evan.
Sekembali dari tugas luar negeri, Evan terkejut mendapati mobil Fiona di rumahnya. Ia berharap Fiona akan memberinya kejutan. Namun Fiona memang tak di rumahnya dan lebih kaget ketika mendapati semua barang pemberiannya ada di kamar. Ia ke rumah Fiona. Fiona berubah, tak lagi seperti biasa. Evan meminta penjelasan tentang perubahan sikap Fiona. Kejora yang tanpa sengaja mendengar pertengakaran itu akhirnya tau kalau ia memang anak Evan. Kejora kecewa pada sikap Fiona.
Esoknya, Kejora tak pulang ke rumah. Fiona sibuk mencarinya dan meminta bantuan Evan. Ia tak punya pilihan lain. Akhirnya, Kejora ditemukan di rumah temannya. Ia langsung berlari memeluk Evan begitu melihatnya, menangis sesengukan di pelukannya. Evan berbicara panjang lebar dengan Kejora sedang Fiona duduk di dalam dengan orang tua Melisa, teman Kejora.
Evan tak menelpon atau menjumpainya lagi setelah mengantarnya sewaktu menjemput Kejora. Fiona merasa bersalah dan harus minta maaf. Beberapa kali ia mendial nomor Evan, namun ia tak mampu untuk bicara. Akhirnya ia memutuskan untuk datang ke rumah Evan. Ia mendapati lelaki itu seperti biasa, tetap menatapnya dengan cinta, memberinya rasa nyaman saat berada di dekat Evan. Ia harusnya percaya pada janji Evan. Evan mencintainya dengan tulus, dengan cinta yang penuh.
Akhirnya, disinilah ia. Bersama Evan.
Judul : Promises, Promises. Mencintaimu sekali lagi
Penulis : Dahlian
Penerbit : Gagasmedia
Tahun : 2012 (cet. kelima)
