Bismillah..
Hari
ini tak ada cerita. Aku hanya ingin menulis. Menulis tentang sesuatu. Untuk
menghapus rinduku yang kelam. Tertumpuk dalam hati. Ingin membuang. Tapi
sungguh sayang. Rinduku adalah rindunya yang belum usai. Rindu nilai-nilai ku,
rindu prestasiku, rindu pada toga ku yang gagah, rindu melepas pergi dan entah
rindu apa-apa lagi. Aku bingung.
Tapi
aku tau, ia rindu. Aku rindu. Sama merindu, tapi kami tak dekat, tak jauh, ia
mengamati tanpa kutahu, ia mengunjungi tika ku lelap.
Mimpiku
kian mengantar rindu itu. Lalu sesat entah dimana.
Setelah
dua tahun, ini lah aku. Hasil tempaannya selama ini seolah tak berguna. Aku tak
mendengar petuah panjang nasehat manfaat darinya. Tak melaksanakan secuil pun dari
itu semua. Aku takut dibenci. Tapi terlanjur.meski kutahu, ia takkan setega
itu.
Aku
mencintainya dan ia mencintaiku. Lelakiku setelah ayah. Yang kusibak wajah dan
kukecup wajahnya berkali-kali. Melepas tangis. Melepas pergi. Akh, maha sudah
rinduku.
Kau
sedang apa?
Mengukir
wajahku di kaki surga kah ?
Agar
aku juga diperkenan ke sana?
Kau
tau, amalku seujung kuku pun tak. Sedang kau, orang yang paling ku hormati
dalam hidup. Kucintai dengan caraku. Kau segalanya. Kau ayah pertama setelah
ayah. Kau orang pertama dengan nafas didikmu.
Aku
pernah menyibak hati berkali-kali, tapi salah itu masih membelenggu. seolah itu
dosa masa lalu yang tak kan hilang biar kusiram berliter-liter air surga. Resah
yang menggantung. Tanggung jawab yang tak usai dan kata yang tepat. ‘Tak tahu
di untung’
Ini
aku, yang kau kenang saban malam dahulu. Yang kau doa sepanjang mekkah-madinah,
memohon ridhanya tuk tetap bersamaku. Kau dengan semua kesempurnaan yang telah
kau lekatkan pada fikirku. Kau dengan sikap kerasmu yang mengungkung untuk
semua kebaikanku. Aku bangga bernafas bersamamu.
Sekali
lagi, terima kasih telah menjadi bapakku.

