Judul : CINTA YANG TERLAMBAT (Terj.
Hijab Wali)
Penulis : Dr. Ikram Abidi
Penerbit : Pustaka Hidayah
Tebal : 522 halaman
Harga : Rp. -
Cinta kadang memang terlalu menakjubkan
sekaligus membingungkan. Tanpa logika dan tanpa alasan, ia mampir begitu saja.
Hal itulah yang dialami oleh Aaariz dan Komal, sepasang anak manusia yang
bertemu pada satu pesta pernikahan lantas tanpa disadari, mereka telah saling
jatuh cinta pada kali pertama bertatapan. Komal dengan segala kerupawanannya
telah mampu meminang hati Aariz, begitupun sebaliknya, Komal seolah menemukan
lelaki yang dicari-carinya pada Aariz. Cinta mereka bertemu pada satu tujuan,
pernikahan.
Namun, satu hal yang mereka anggap sepele menjadi
batu besar penghalang, mereka tak mendapat izin dari orang tua karena perbedaan
mazhab. Aariz dari Sunni dan Komal dari mazhab Syi’ah. Mereka beranggapan
dengan pemikiran orang tua mereka yang sudah moderat tak akan mempertimbangkan
hal tersebut. Cinta mereka tersandung. Aariz lantas dijodohkan dengan perempuan
lain, Zeest. Seorang gadis desa anak dari paman jauh sebelah pihak ibu Aariz. Disinilah
cerita dimulai.
Zeest yang berduka sepeninggal ayahnya lantas
dijodohkan dengan Aariz semakin terluka dengan sikap Aariz padanya, dengan
semua penolakan-penolakan yang ditujukan padanya. Zeest hanya dianggap sebagai
gadis kampung, tak mengerti tentang mode ini-itu karena ia selalu menggunakan
hijab, menutup diri. Aariz semakin membencinya karena menganggap Zeest sebagai
penghalang pernikahannya dengan Komal. Cinta memang tak mudah untuk dipahami.
Meskipun Aariz berlaku demikian kasar, Zeest masih dengan sangat setia
melayaninya sebagai suami, memuliakannya selayaknya hingga satu peristiwa
membuat Zeest harus oergi menjauh dari Aariz.
Novel ini mengambil cerita bersetting timur
tengah dan negara Pakistan menjadi pilihan penulis. Saya tertarik dengan
perbedaan mazhab itu. Awalnya, saya tidak tahu kalau di Pakistan atau daerah
Timur Tengah sana menikah dengan seorang dari mazhab yang berbeda akan
menimbulkan pertentangan dari keluarga karena menurut saya, menikah dengan siapa
saja yang menurut kita cocok, seagama, dan baik agamanya, ya menikah saja. Tak
masalah. Ternyata Sunni dan Syi’ah sangat kentara perbedaannya. Bagaimana
kemudian penjelasan tokoh Sameer-Produk dari pernikahan antar mazhab, yang
merasa kebingungan dengan posisinya serta kedua orang saudara perempuannya yang
belum juga menikah karena keluarga calon suami mereka mengetahui bahwa mereka
adalah anak dari pernikahan beda mazhab tersebut. Apalagi hal yang sangat
mungkin terjadi adalah dikucilkan dari keluarga sebelah Ayah dan Ibunya. Hidup
mereka semakin terisolasi.
Awalnya, Saya menemukan buku ini di rak buku Perpustakaan
Wilayah Banda Aceh yang berjejer, melihat covernya dan saya tertarik dengan
kata-kata pembuka, Sebagian orang
berharap dapat menikah dengan laki-laki yang mereka cintai. Doaku sedikit
berbeda; Aku dengan rendah hati memohon kepada Tuhan agar aku mencintai
laki-laki yang aku nikahi. Ini adalah doa Zeest pada Tuhan. Judulnya memang
cocok; Cinta Yang Terlambat. Namun
setelah membaca keseluruhannya, saya kok merasa novel ini juga sebagian besar membahas
tentang hijab. Hijab perempuan, hijab dalam islam. Jadi kembali saya membuka
lembar pertama, dan menemukannya judul aslinya Hijab Wali. Tak menyangkal, ini juga cocok saya rasa.
Cerita awalnya menurut saya biasa saja
tentang sepasang remaja yang jatuh cinta, lantas tidak direstui orang tua,
kemudian dijodohkan dengan gadis lain. Hal itu menjadi luar biasa ketika
penulis mengarahkan jalan cerita ke arah lain. Bagaimana kemudian Zeest yang
sabar menghadapi Aariz yang tergila-gila dengan Komal, kegilaan Aariz setelah
kepergian Komal karena cemburu pada Zeest hingga harus masuk rumah sakit jiwa,
kepergian Zeest entah kemana dan kehilangan yang dirasakan Aariz setelah ia
sembuh.
Cinta akhirnya menemukan jalannya sendiri.
Pulang pada palung yang mungkin awalnya dianggap salah.
Selamat membaca.
Nb; Untuk Tugas Harian KJ

