Stanza
Ada burung dua, jantan dan betina
hinggap di dahan
Ada daun dua, tidak jantan tidak betina
gugur dari dahan
Ada angin dan kapuk gugur, dua-dua sudah tua
pergi ke selatan
Ada burung, daun, kapuk, angin, dan mungkin juga debu
mengendap dalam nyanyiku
Kangen
Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku
menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
kau tak akan mengerti segala lukaku
karena cinta telah sembunyikan pisaunya
Membayangkan wajahmu adalah siksa
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan
Engkau telah menjadi racun bagi darahku
Apabila aku dalam kangen dan sepi
itulah berarti aku tungku tanpa api
Lagu Duka
Ia datang tanpa mengetuk lalu merangkulku
adapun ia yang licik bernama duka
Ia bulan jingga neraka langit dadaku
adapun ia yang laknat bernama duka
Ia keranda cendana dan bunga-bunga sutra ungu
adapun ia yang manis bernama duka
Ia tinggal lelucon setelah ciuman panjang
adapun ia yang malang bernama duka
Surat Cinta
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur yang gaib,
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah,
Wahai, dik Narti,
aku cinta kepadamu !
Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan dalam kolam
bagai dua anak nakal
jenaka dan manis
mengibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya,
Wahai, dik Narti,
kupinang kau menjadi istriku !
Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuhkan ujungnya di bumi,
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menempuh ke muka
dan tak kan kunjung diundurkan
Selusin malaikat
telah turun
di kala hujan gerimis
Di muka kaca jendela
mereka berkaca dan mencuci rambutnya
untuk ke pesta
Wahai, dik Narti
dengan pakaian pengantin yang anggun
bunga-bunga serta keris keramat
aku ingin membimbingmu ke altar
untuk dikawinkan
Aku melamarmu,
Kau tahu dari dulu:
tiada lebih buruk
dan tiada lebih baik
dari yang lain...
penyair dari kehidupan sehari-hari,
orang yang bermula dari kata
kata yang bermula dari
kehidupan, pikir dan rasa
Semangat kehidupan yang kuat
bagai berjuta-juta jarum alit
menusuki kulit langit:
kantong rejeki dan restu wingit
Lalu tumpahlah gerimis
Angin dan cinta
mendesah dalam gerimis.
Semangat cintaku yang kuta
batgai seribu tangan gaib
menyebarkan seribu jaring
menyergap hatimu
yang selalu tersenyum padaku
Engkau adalah putri duyung
tawananku
Putri duyung dengan
suara merdu lembut
bagai angin laut,
mendesahlah bagiku !
Angin mendesah
selalu mendesah
dengan ratapnya yang merdu.
Engkau adalah putri duyung
tergolek lemas
mengejap-ngejapkan matanya yang indah
dalam jaringku
Wahai, putri duyung,
aku menjaringmu
aku melamarmu
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
kerna langit
gadis manja dan manis
menangis minta mainan.
Dua anak lelaki nakal
bersenda gurau dalam selokan
dan langit iri melihatnya
Wahai, Dik Narti
kuingin dikau
menjadi ibu anak-anakku !
Surat kepada Bunda Tentang Calon Menantunya….
Bunda yang tercinta
akhirnya ku temukan juga jodohku
seseorang yang bagai engkau
sederhana dalam tingkah dan bicara
serta sangat menyayangiku.
terpupuslah sudah masa-masa sepiku
hendaknya berhenti gemetar rusuh
hatimu yang baik itu
yang selalu mencintaiku
karena kapal yang berlayar
telah berlabuh dan di tambatkan
dan sepatu yang berat serta nakal
yang dulu biasa menempuh
jalan-jalan yang mengkhawatirkan
dalam hidup wanita penuh manja
kini telah aku lepaskan
dan berganti dengan sandal rumah yang tentram
jinak. dan sederhana
bundaku…
burung dara betina yang nakal
yang sejak dulu kau pelihara
kini terbang dan telah menemukan jodohnya
ia telah meninggalakan kandang yang kau buat
dan mungkin akan menjengukmu sesekali
bundaku…
aku telah menemukan jodohku
jangan kau cemburu
hendaknya hatimu yang baik itu mengerti
pada waktunya, aku mesti kau lepaskan pergi
begitu kata alam. begitu kau mengerti
sebagai mana dulu ibumu melepas engkau
menikah dengan ayahku. dan bagai
ibu ayahku melepasnya
untuk menikahimu
tentu sangatlah berat
tetapi itu harus!
bunda…
akhirnya tak akan begitu berat
apabila telah dimengerti
apabila telah disadari.
aku akan baik-baik saja dengan suamiku
ia yang akan bertanggung jawab penuh atas diriku,
kebahagiaanku, kesedihanku
ia yang akan menjadi ayah dari anak-anakku kelak
ia yang pertama akan aku lihat setiap aku terbangun dari tidurku
ia yang terakhir akan aku lihat sebelum aku menutup mata
bundaku…
do’akan kami dalam membangun mahligai rumah tangga yang
sakinah, mawadah, warohmah…
bunda…aku sayang menyayangimu…
anakmu…


