Senin, 05 Desember 2011

PUISI-PUISI RENDRA

Stanza 
Ada burung dua, jantan dan betina
hinggap di dahan
Ada daun dua, tidak jantan tidak betina
gugur dari dahan
Ada angin dan kapuk gugur, dua-dua sudah tua
pergi ke selatan
Ada burung, daun, kapuk, angin, dan mungkin juga debu
mengendap dalam nyanyiku

Kangen 
Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku
menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
kau tak akan mengerti segala lukaku
karena cinta telah sembunyikan pisaunya
Membayangkan wajahmu adalah siksa
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan
Engkau telah menjadi racun bagi darahku
Apabila aku dalam kangen dan sepi
itulah berarti aku tungku tanpa api


Lagu Duka
Ia datang tanpa mengetuk lalu merangkulku
adapun ia yang licik bernama duka
Ia bulan jingga neraka langit dadaku
adapun ia yang laknat bernama duka
Ia keranda cendana dan bunga-bunga sutra ungu
adapun ia yang manis bernama duka
Ia tinggal lelucon setelah ciuman panjang
adapun ia yang malang bernama duka



Surat Cinta
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur yang gaib,
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah,
Wahai, dik Narti,
aku cinta kepadamu !


Kutulis surat ini

kala langit menangis

dan dua ekor belibis

bercintaan dalam kolam

bagai dua anak nakal

jenaka dan manis

mengibaskan ekor

serta menggetarkan bulu-bulunya,
Wahai, dik Narti,
kupinang kau menjadi istriku !



Kaki-kaki hujan yang runcing

menyentuhkan ujungnya di bumi,

Kaki-kaki cinta yang tegas

bagai logam berat gemerlapan

menempuh ke muka

dan tak kan kunjung diundurkan



Selusin malaikat

telah turun

di kala hujan gerimis

Di muka kaca jendela

mereka berkaca dan mencuci rambutnya

untuk ke pesta

Wahai, dik Narti

dengan pakaian pengantin yang anggun
bunga-bunga serta keris keramat
aku ingin membimbingmu ke altar
untuk dikawinkan
Aku melamarmu,
Kau tahu dari dulu:
tiada lebih buruk
dan tiada lebih baik
dari yang lain...
penyair dari kehidupan sehari-hari,
orang yang bermula dari kata
kata yang bermula dari
kehidupan, pikir dan rasa



Semangat kehidupan yang kuat

bagai berjuta-juta jarum alit

menusuki kulit langit:

kantong rejeki dan restu wingit

Lalu tumpahlah gerimis

Angin dan cinta

mendesah dalam gerimis.

Semangat cintaku yang kuta
batgai seribu tangan gaib
menyebarkan seribu jaring
menyergap hatimu
yang selalu tersenyum padaku



Engkau adalah putri duyung

tawananku

Putri duyung dengan

suara merdu lembut

bagai angin laut,

mendesahlah bagiku !

Angin mendesah

selalu mendesah
dengan ratapnya yang merdu.
Engkau adalah putri duyung
tergolek lemas
mengejap-ngejapkan matanya yang indah
dalam jaringku
Wahai, putri duyung,
aku menjaringmu
aku melamarmu



Kutulis surat ini

kala hujan gerimis

kerna langit

gadis manja dan manis

menangis minta mainan.

Dua anak lelaki nakal

bersenda gurau dalam selokan

dan langit iri melihatnya
Wahai, Dik Narti
kuingin dikau
menjadi ibu anak-anakku !



Surat kepada Bunda Tentang Calon Menantunya….

Bunda yang tercinta

akhirnya ku temukan juga jodohku

seseorang yang bagai engkau

sederhana dalam tingkah dan bicara

serta sangat menyayangiku.

terpupuslah sudah masa-masa sepiku

hendaknya berhenti gemetar rusuh
hatimu yang baik itu
yang selalu mencintaiku
karena kapal yang berlayar
telah berlabuh dan di tambatkan
dan sepatu yang berat serta nakal
yang dulu biasa menempuh
jalan-jalan yang mengkhawatirkan
dalam hidup wanita penuh manja
kini telah aku lepaskan
dan berganti dengan sandal rumah yang tentram
jinak. dan sederhana

bundaku…
burung dara betina yang nakal
yang sejak dulu kau pelihara
kini terbang dan telah menemukan jodohnya
ia telah meninggalakan kandang yang kau buat
dan mungkin akan menjengukmu sesekali

bundaku…
aku telah menemukan jodohku
jangan kau cemburu
hendaknya hatimu yang baik itu mengerti
pada waktunya, aku mesti kau lepaskan pergi
begitu kata alam. begitu kau mengerti
sebagai mana dulu ibumu melepas engkau
menikah dengan ayahku. dan bagai
ibu ayahku melepasnya
untuk menikahimu
tentu sangatlah berat
tetapi itu harus!

bunda…
akhirnya tak akan begitu berat
apabila telah dimengerti
apabila telah disadari.
aku akan baik-baik saja dengan suamiku
ia yang akan bertanggung jawab penuh atas diriku,
kebahagiaanku, kesedihanku
ia yang akan menjadi ayah dari anak-anakku kelak
ia yang pertama akan aku lihat setiap aku terbangun dari tidurku
ia yang terakhir akan aku lihat sebelum aku menutup mata

bundaku…
do’akan kami dalam membangun mahligai rumah tangga yang
sakinah, mawadah, warohmah…
bunda…aku sayang menyayangimu…
anakmu…


Quote

Quote

Total Pageviews