Anak perempuanku,
Tampuk harapan ayah dan bunda
Penghias mata, pelepas lelah
Kau pergi bahkan sebelum kulihat dua biji matamu
gelap
mengerjap-ngerjap
menyapaku dan berkata, “Hai, Bunda sayang”
Anakku yang belum bernama,
Tak dapat kurasa bagaimana kau belajar menggenggam
Meraba dan mengucap cinta
Sambil kudekap, ku shalawatkan ulang kali
Kau sudah pergi begitu pagi
Dunia semakin
kacau, buah hatiku
Bahkan Tuhan sudah
putuskan, kau tak pantas merasainya
Untuk itu,
dipisahkan kita
sebelum kudengar tangis-tangis malammu
Menggoda, rasuk hingga ke urat-urat susu ibumu
Anakku, damai dan tinggallah di rumah Tuhan
Bermainlah dengan riang
Nanti sayang, jemputlah kami di ujung jembatan.
/8 Juni 2014-8 Januari 2015_Punteuet
*7 bulan setelah putri Abang saya meninggal dunia


0 komentar:
Posting Komentar