Jumat, 31 Agustus 2012

Bapak dan Idul Fitri


Bapak,

Ini syawal ke empat tak mengecup tanganmu

Tak kau acak rambutku setelah bermaafan

Rasanya sepi dan rindu

 
Ramadhan di tahun-tahun lalu selalu menyisakan kenangan

Tentang kita yang berkacamata di teras rumah

Sedang membaca sambil menunggu berbuka

Tentang gelas-gelas kami yang terangkat,

Namun tetap menunggumu memulai doa

Tentang tarawih dan tadarusan,

Yang kau ingatkan agar tak alpa

Hingga akhirnya, lebaran kita benar-benar bermakna

 
Ada sebongah bahagia saat kita bermobil bertiga

Silaturrahmi pada keluarga dan saudara

Lalu, saat kau tak ada

Aku pun sendiri tanpa sesiapa

 
Bapak,

Di sana kau bahagia atau kecewa?

Sedang aku selalu pilu di idul fitri

Seperti hilang tiang untuk berpegang

 
Maafkan, aku jarang datang menjenguk

Tak menitip doa ke rumahmu.

Maafkan.

Selamat idul fitri, Bapak sayang!

 

18 Agustus 2012

KEPADA MUTIA

 
Mutia, mengapa kita mencintai bintang sama yang bersandar di dada langit? Bukankah banyak bintang yang lain dan bisa kita pilih sesuka hati untuk kita kagumi? Lalu mengapa Tuhan menggaris segitiga diantara kita? Menghubungkan kita dalam duka yang teramat pedih? Adakah semua memiliki jawaban? Aku tak suka bertanya-tanya sendirian, mereka-reka makna kejadian. Aku yakin, kau pun sama.

Mutia, kau harus tau, aku mencintainya seperti kau mencintainya, mengagumi tiap jengkal yang menjadi miliknya, milik kita bersama. Aku mencintai matanya, mengagumi senyumnya, menyukai tawa lepasnya, suaranya, semua hal Mutia. Aku tau, kaupun sama. Yang ku sesali adalah mengapa aku menjadi yang ketiga diantara kalian? Mengapa aku datang terlambat? Mengapa tak sebelum kau? Lalu aku bertanya kembali dengan satu kalimat yang selalu menohokku, seandainya aku hadir sebagai yang pertama, apakah aku sedemikian tabah saat kau datang di posisiku? Apa aku ridha? Bisakah aku rela?

Tuhan memang telah mengatur tentang poligami, tapi aku paham perasaanmu sebagaimana aku paham diriku sendiri. Kita perempuan dan susah untuk berbagi. Berbeda dengan laki-laki yang kukira punya hati yang luas untuk mereka bagi-bagi pada perempuan. Sedang kita hanya punya satu cinta untuk kita simpan di hati. Aku paham betapa sulitnya berbagi. Ataukah menurutmu aku yang harus mundur? Menenggelamkan semua cintaku yang maha pada Fathar? Lalu aku harus membawa hati kemana? Mencari perlindungan siapa saat aku lemah?

Mutia, mengapa segala hal menjadi terlambat? Mengapa aku terlambat mengenal Fathar? Terlambat mengetahui tentang tiga segi liku cinta kita? Mungkin kau akan menyalahkanku, mengatakan ini itu terhadapku, atau menghujat Fathar yang setia. Tapi aku tak ingin mempersalah sesiapa, karena di pengadilan manapun aku selalu menganggap diriku paling bersalah. Andai saja tak ada program TV dokumenter, andai saja aku dan Fathar tidak satu tim, andai saja hari itu tidak hujan hingga membuat kami harus pergi berdua, andai saja aku dan Fathar mampu menjaga diri dan hati, andai saja aku tak mengiyakan ajakan makan siang setelah syuting, andai saja aku tak mengungkapkan segala hal pada Fathar, oh.. ada banyak andai-andai, Mutia dan yang paling ingin kukatakan, andai saja aku tak jatuh cinta pada lelakimu!

Mutia, jika kau ingin aku pergi, aku akan bangkit, menata hati, lalu pergi. Aku sudah terbiasa dengan sepi dan kesendirian. Pada saat bertemu Fathar-lah, aku menemukan sebagian dari diriku yang hilang, aku membuang sepi jauh-jauh, karena aku dapat tertawa lepas dengan Fathar, menertawakan apa saja. Aku bertemu duniaku yang baru. Fathar menjadi pelengkap, ia menjadi jawaban untuk teka-tekiku yang belum dijawab Tuhan. Fatharku dengan segala kelebihan dan kekurangan. Kenapa Mutia, kenapa harus lelaki yang sama, Fathar yang sama? Tolong jawab..! Haruskah aku yang pergi dan mengembalikannya padamu?

Sebenarnya, dari awal aku tak pernah mempermasalahkan masa lalu, begitu pula Fathar. Kami menikmati hari-hari tanpa beban. Mungkin, menurutmu aku juga salah karena tak pernah mempertanyakan statusnya. Begitukah? Tapi kenapa Mutia, yang kulihat di matanya adalah cinta-cinta untukku saja? Tak ada perempuan lain, hanya aku… Zavina-nya saja. Maafkan jika hal itu semakin membuatmu terluka. Aku pun sama, Mutia.

Mutia, bolehkan kutanyakan beberapa hal? Berharap ini dapat menjawab dan menyelesaikan masalahku dan masalah kita. Mutia, apa yang akan kau lakukan jika satu pagi kau menemukan sebuah pesan singkat “Selamat pagi sayang -My Fiancee-“ di telepon genggam suamimu tepat seminggu setelah pernikahan kalian? Apa yang akan kau lakukan ketika tahu suamimu belum memutuskan pertunangan dengan seorang gadis  ketika kalian menikah? Mutia, aku istri Fathar, apa yang harus aku lakukan untukmu, untuk tunangan suamiku yang masih menunggunya?

Zavina-

Punteuet, 16 Agustus 2012

Untuk MH dan IM, aku menyayangi kalian berdua :)

Rabu, 01 Agustus 2012

SEBELAH SAYAP KITA


Ada sekumpulan bulu-bulu berterbangan di sudut kota
Dibawa dalam peluk angin sore
Sebagian dititipi pada dahan berdaun
Sebagian lain berserak memutih di trotoar

Itu dari sayapku, juga dari sayapmu;
sayap kita, sayang

Ingatkah, saat kita melepas sebelah sayap
Lalu pulang dengan letih sepanjang jalan
Tak dapat terbang
Sedang malam semakin rindu pada gelap

Kita seperti sedang meniupi angin yang datang
Menerpa wajah-wajah dan sayap lemah
Melawan arah,

Tapi kau lelah; aku lelah
Lalu memasang kembali sebelah sayap masing-masing.
Pulang ke rumah.


Banda Aceh, 1 Agustus 2012


PROLOG

Aku menemukanmu pada langit petang telanjang
Pada riuh ilalang menggelombang di tengah padang
Pada rembulan pucat sedang menembang
Lalu ia menyembunyikan luka dalam tawanya yang sumbang

Aku bersamamu saat hati sedang bertuan
Menipu laksa rasa bersama suka yang terbata

Aku mencintaimu dengan cinta tak bernama
Aneh.


Banda Aceh, 01 Agustus 2012 



Quote

Quote

Total Pageviews