Selasa, 12 November 2013

CERITA SEPAGI INI




Sepagi ini,
Seorang nelayan naik ke darat dari lautan
Di tangannya, sekeranjang tanggung jawab untuk diemban
Tak protes dengan bahu-bahu yang menanggung beban

Di tepi pantai, sepasang anaknya menunggu
Disandarkannya lelah yang bertubi ke pinggir hati.


Sepagi ini,
Seorang lelaki tua dengan kemeja kotak-kotak tua
Pulang menjinjing cinta
Yang dijalin rapi dalam keranjang dengan bangga

Di bibirnya, sebaris senyum dilipat rapi;
Untuk anak dan istri


Letung
/12112013

Senin, 11 November 2013

Berbeda..



Beberapa sifat kita kadangkala memang terbentur dengan sifat orang lain atau orang terdekat kita. Hal itu dikarenakan setiap manusia memang memiliki sifat yang berbeda. Setiap manusia unik karena sifat yang terdapat dalam dirinya masing-masing. Contohnya, seorang teman yang tak pernah mau marah, selalu murah senyum, ada teman yang jahil, bahkan ada yang 
Sikap yang kita rasa baik, kadang menjadi tak baik untuk orang lain. Contoh kecil, seorang teman meminjam buku di perpustakaan keliling (saya mengusulkan ia memilih buku ‘cara belajar membaca untuk anak’ karena cocok dengan anak didiknya yang baru belajar membaca), lalu di dalam bukunya ada selembar alphabet dengan poster kecil untuk ditempel. Ia berniat untuk mengambil dan tidak mengembalikannya karena ingin menempel untuk anak didiknya. Lantas ia ajukan niatnya pada saya. Tak ayal, langsung saya tak setuju.  Orang lain yang mungkin ingin membaca dan melihat isi buku tersebut akan merasa kehilangan satu halaman kan? Ia lalu berbantahan dengan saya. Ia tetap ingin mengambilnya. Saya hanya komentar, “terserah, tapi hati saya tak berterima bila saya bersikap demikian”.
Contoh lainnya, seorang teman yang lain pernah singgah di toko buku. Di sana ia menemukan satu buku yang selama ini sedang dicari-carinya. Lalu ia merogoh kocek dan tak menemukan se-sen uang pun di sana. Iblis jahat mulai mengisi hatinya, “robek saja sampulnya! Kamu bisa baca sebentar. Setidaknya rasa penasaranmu hilang. Coba lihat, beberapa buku tua dan tak laku lainnya sudah terbuka sampul plastiknya. Gabungkan saja dengan yang di sana!. Tak akan ada yang tau” ia mulai tergoda. Karena ragu lalu ia mencari mata saya, meminta persetujuan. Saya bilang tidak! Tidak boleh. Saya juga tak suka dengan perilaku semacam itu. Dengan wajah kuyu, ia meletakkan kembali buku itu. saya tersenyum dalam hati. Senang.
Saya tak tau, saya senang kenapa. Entah karena saya sangat sayang buku atau apa. Saya tenang dan saya tau, ia mendengar saya.

Wake Up!!



Saya bangun kembali dari tidur saya yang panjang setelah beberapa bulan mati suri. Tulisan saya terakhir di sini sekitar 4 bulan yang lalu. Satu kesempatan, saya membuka ulang blog dan menemukan sesuatu yang hampa di sini. Blog saya tampak tak terisi, tampak kosong, tak ada hal yang baru. Saya pikir, saya sudah terlalu lama tak jaga, jadi saya bangun lalu dengan semangat yang menyala, saya bakar ulang motivasi saya supaya menulis. Saya ingin membenahi rumah kecil saya agar menjadi lebih baik. Saya ingin kembali melatih diri. Saya ingin menyimpan kenangan. Banyak hal yang saya lewatkan begitu saja seolah tak ada makna.

Saya sudah di Letung sejak sebulan yang lalu. Letung adalah ibukota kecamatan Jemaja, salah satu kecamatan yang berada di kepulauan Anambas, dibawah Provinsi Kepulauan Riau.
Saya tak bercerita bagaimana laut pertama kali menerima saya ketika saya datang, bagaimana lumba melompat mengucapkan selamat datang, bagaimana anak-anak terpelongo menatap kami saat pertama datang di sekolah mereka, bagaimana kemudian cinta menyambung lewat mata-mata kami, bagaimana kami tergelak dengan satu hal yang sepele, bagaimana kami saling mengejek lalu tertawa berderai menimpali hal-hal yang aneh dan tak tau tentang hal apa yang membuat kami tertawa. Semuanya terlewatkan karena saya malas menulis.
Sekarang dengan agak kesusahan, saya akan mengulang menulis beberapa. Jika memang tak, saya akan melanjutkan dengan kisah kami yang baru, cerita-cerita tentang laut yang setiap minggu kami datangi, tentang batu-batu besar yang mengadu tentang lompatan ikan beraneka ragam setiap langkah kami menjejak atas permukaannya. 

Minggu, 23 Juni 2013

APAKAH KAU SUDAH LUPA?




Kau lupa?
dulu, aku slalu menyiapkan secangkir kopi saban pagi untukmu
kutaburi doa berkah di dalamnya
cukup untuk sepanjang hari hingga malam menjelang tidur
karena esok pagi, kopi lain dengan doa yang berbeda akan ada lagi


kau lupa?
dulu, aku yang menyiapkan bekalmu pergi
menyiapkan makanan, mengisi tasmu dengan baju, celana dan peralatan mandi
kutitip doa selamat untuk tiap perjalanan hingga kau kembali
karena takut, jalan-jalan akan menjarakiku dengan mu


kau lupa?
dulu, aku yang berdiri di halaman
mengantar kau pergi dan menunggumu pulang


sampai satu hari,
kau hanya menyisakan bekas tapak sepatumu pada halaman
meninggalkan aku bersama berpotong-potong kenangan.



/Banda Aceh, 10 Maret 2013

HUJAN PERAWAN



Hujan.
Maka pada basahnya kulekatkan rindu
Untuk kau bawa pulang dalam lengang
Sambil memeluknya penuh damai

di jela-jela pengabar resahnya
kita ciumi harum resap tanah lembab; meruap
Menyerbu rawan sepi

Rebak aroma pekat hujan
Hujan perawan.





/Banda Aceh, 21 Oktober 2011

Selasa, 18 Juni 2013

Jumat, 14 Juni 2013

BULAN SINGGAH SEMALAM




Aku bermimpi;

bulan singgah menepi ke bantal tidurku
berdenyar memenuh masuk dari tingkapku yang tak rapat;
langit-langit dipenuhi perakan cahaya

di luar, malam dirasuk gelap
bulan lelap di alas tidur

esok pagi, keping bulan berserak pecah di sekitarku
kuciumi satu-satu,
rindu pada semalam.

     


       /9 Juni 2013

KALAU AKU MATI ESOK PAGI


 

Kalau aku mati besok pagi,
Kutinggalkan berpeti-peti cinta untukmu
Sebagai penghabis ingatan

Karena jika aku mati besok pagi,
Kita tak akan lagi saling mengingat
Aku akan lebur menjadi zarah
Menyatu dengan tanah
Dan kau tak akan punya waktu untuk ziarah

Peti-peti cinta untukmu kuletakkan di sudut rumah
Ambillah!
Kalau kau bosan, lemparkan ke laut.
Biarkan karam!
Mungkin satu hari cucumu menjadi penyelam
Dan menemukan utuh di dasar lautan
Lalu dibawakan ke hadapanmu, “untuk kakek”

Sebagai penghabis ingatan,
Lihatlah!
di dalamnya ada tali-temali rinduku sepanjang malam
kepingan wajah kita masa ke masa
puisi kita setengah perjalanan
tawa kita setiap perjumpaan
dan retakan tangisku diakhir perpisahan
Sayang!
Kusisakan ini terakhir kali untuk penyambung kenangan.



/Banda Aceh,100413

Kepada PHR
23:22, 38 menit sebelum ulang tahunmu, Querido.

PERDU DAN HUJAN




Kita sebenarnya sedang apa?
Meniupi kapas-kapas yang lepas dari pohonnya kah?
Atau sedang berdiri menanti hujan jatuh pada satu kemarau?

Kau sendu menatapku dari bilik cadar
Aku candu ingin merajuk rindu padamu

Kau adalah nafas pasrah pada musim penghujan bulan lalu
Mencari pelindung pada perdu-perdu
Aku perdu, kau peluk saat itu.



/27 Maret 2013

Quote

Quote

Total Pageviews