Hujan selalu membuat keping-keping kenangan pecah berserak.
Tiba-tiba aku rindu.
Rindu hujan yang jatuh dari atap rumah.
Rumah memang selalu mampu menjadi satu mimpi. Mimpi tentang tawa, tentang suka, tentang cerita dan sepiring pisang goreng dengan teh hangat di teras atau mungkin saja luka-luka masa lalu yang kita ingat tanpa sengaja. Hujan berhasil menghantar kenangan itu dengan sempurna tanpa jeda saat kita benar-benar menikmatinya. Lantas kenangan itu pecah berserak pada satu sudut yang memang tak akan ingin kita ingat lagi.
Dalam pikiranku, Hujan dan Kenangan memiliki arti tersendiri karena mereka memiliki satu korelasi yang sulit dipisahkan.
Rintik jatuh terpisah namun bersama awalnya, sampai ke bumi mereka membaur, mengharumkan tanah, membentuk genangan, lalu sama-sama hilang. Sama halnya dengan kita, aku selalu berpikir kalau kita sama seperti hujan. Terpisah pada awal, lalu kita bertemu, bersama, menyemai tawa, mewarnai hari, hingga kita berpisah. Lewat rintik, kita mengenang satu hal. Kenangan tentang kebersamaan. Kebersamaan yang acap kali menimbulkan tawa, menciptakan cerita, kesalahpahaman, mengubah suka jadi duka serta banyak hal yang lain. Hujan seakan menjadi satu media untuk mempertemukan kita dan kenangan.
Ada banyak hujan yang kita lewati bersama, tanpa kita hitung, tanpa ada cerita, kadang ada sapa dan aku cuma harus tau, kau ada. Itu saja.


0 komentar:
Posting Komentar