Sebelum mimpi buruk itu terjadi,
Aku pernah berharap,
Engkau yang akan bahagia menatapku,
Tertawa lepas memelukku
Damai dalam rengkuhmu,
Saat hasil kerja kerasku bisa kau maknai
Tanpa memojokkanku,
Tanpa memandangku rendah, bodoh..
Tapi kau bangga
Meski hasilnya adalah luka,
Ada kecewa..
Namun kau terus menyemangati,
Meski lewat belakang
Taukah engkau,
Impiku ketika toga diatas kepalaku?
Adalah melihat pijar bahagia dimatamu,
Menguntai harapmu yang kian membuncah,
Merindu tasbihmu dalam syukur yang sangat
Dan mengatakan,
“kau telah melewatkan sebagian cobaan itu,
Selamat, nak”
Ketika aku mulai sibuk bekerja,
Engkau penyemangat kala hampir patah,
Dan menghibur,
Bahwa masa depan adalah liku terjal
Yang akan indah suatu saat
jika ku sabar.
Hadiah terindah buatmu,
Adalah gaji pertamaku dari didikanmu
Dari pompaan semangat
Lewat nadi-nadi penuh cinta
Meski kau tak harap,
Meski kau tak ingin
Namun, itu ku impi
Suatu saat ia akan datang..
Menjemputku dan membawa pergi darimu
Tak lagi didekatmu..
Tak lagi kau tatap sehabis sembahyangmu
Tak duduk disampingmu saat makan,
Dan Engkau akan bahagia dihari itu,
Ketika ia menyuntingku,
Mengucap sumpah untuk menjagaku seumur hidupnya,
Mencintaiku sepenuh hatinya,
Dan menempatkanku sebagai teman hidupnya..
Serta pesanmu untuknya,
“jaga putriku baik-baik”
Ia yang ku hayalkan,
Menjadi yang kau sayang juga.
Ingin aku menatapmu dengannya,
Duduk diskusi diruang tengah..
Menyeruput kopi hangat
Yang masih menggempulkan asap harum,
Bercerita tentang apa saja
Mengajarkannya tentang hidup
Yang sungguh sangat berliku, katamu
Aku menyukai tawa kalian,
Cerita kalian,
Ah, Bapak dan menantu..
Permata hatiku adalah buah-buah rindu yang kau tunggu..
Mereka akan memanggilmu jadd..
Akan tertawa bersamamu,
Bermain dan bergurau,
Mengajakmu berkuda-kudaan,
Dan engkau akan mengajarkan pada mereka tentang semua hal
Aku ingin tawamu bersama mereka,
Tangan kokohmu yang mengangkat mereka,
Kecupan kangen untuk mereka,
Seperti itu...
Dan aku ingin mereka mencintaimu,
Melebihi cintanya pada ku..
Mereka milikmu,
Tawa-tawa yang kau tunggu dulu
Tangis di rumah yang sepi...
Rumah kita,
Namun, aku terlempar kuat..
Ini hanya mimpi yang tak sempat nyata
Karena engkau telah meninggalkanku
Jarakmu tak berkilometer..
Tak tersentuh waktuku.
Jauh, bapak.
Pamitmu juga tak terucap
Hanya pesan singkat alam mimpiku..
Terlalu luka..
Engkau tak sempat melihat hasilku..
Mengomentari nilaiku,
Menyemangatiku setelah gagal
Meski saat itu,
Untuk nilai semester pertama aku kuliah
Toga itu,
Semoga bisa kubawa depan rumahmu
Tempat peristirahatan terakhirmu
Aku ingin kau bahagia, bangga
Menatapku bertoga..
Meski ku sangat ingin,
Engkau datang dihari kelulusanku
Tersenyum senang ketika kau dengar namaku
Bersyukur bahagia saat itu
Namun engkau tak ada
Tapi, engkau pasti akan hadir,
Aku yakin,,
Ia juga tak dapat melihatmu,
Tidak kau sematkan kepercayaan untuk menjagaku
Tidak akan kau ajak ia menikmati kopi pagi
Seperti harapku...
Kau hanya akan hadir di hari aku bahagia
Ketika ia mengkhitbahku
Dihadapan para wali dan saudara
Kau ada meski tak berwujud..
Kau ada untukku
Mereka juga tak mengenalmu sebagai jadd,
Tak bisa mengukir bagaimana rupamu
Hanya akan kucoba sketsa pelan,
Menceritakan tentangmu pada mereka,
Mereka punya jadd yang istimewa
Yang keras namun tegas..
Yang pemarah namun baik hati,
Yang disiplin dan penyayang
Dan mereka akan bangga padamu..
Betapa saat ini aku rindu padamu,
Ingin menguntai cerita hidupku
Ada banyak luka,
Rindu hampa..
Serta gores-gores bahagia yang ingin kukatakan
Namun sempat terlewat,
karena tanpamu
Karena luka itu adalah bantahan nasehatmu,
Karena kecewa itu buah duka melawan katamu
Aku tersalah..
Kenangan itu milik kita,
Saat terakhir menatapmu adalah luka
Karena esok,
Matahari di matamu tak pernah kembali untukku
Senyum nan damai tak lagi kau beri
Semuanya hanya cerita cinta yang tak terlewat,
Antara aku, engkau dan mimpi-mimpiku
Yang tak lagi nyata...
Banda Aceh, 17 Agustus 2009,09:06 pagi minggu
[lagi kangen bapak.. ]

