Di meja makan, aku tersedu sendirian
Betapa tahun-tahun telah memisahkan kita
dan jadi asing
Kau, aku. Tiba-tiba jadi kelu yang kekal.
Meja makan sepi
Tapi bukankah di sini kita menyimpan kenangan dengan rapi?
Pada meja kayu dan kursi.
Pada benda-benda bersamanya
Seperti ia yang merawat suaramu di serat-serat.
Betapa tahun-tahun telah memisahkan kita
dan jadi asing
Kau, aku. Tiba-tiba jadi kelu yang kekal.
Meja makan sepi
Tapi bukankah di sini kita menyimpan kenangan dengan rapi?
Pada meja kayu dan kursi.
Pada benda-benda bersamanya
Seperti ia yang merawat suaramu di serat-serat.
Malam ini,
Kau tiba-tiba di sini, menyimak hujan denganku di meja makan
Di antara doa dan rindu yang pelan-pelan kau lafal tanpa ku tahu
Di hujung meja jarak dua depa,
Kau menungguku di kursi beda
Kau tiba-tiba di sini, menyimak hujan denganku di meja makan
Di antara doa dan rindu yang pelan-pelan kau lafal tanpa ku tahu
Di hujung meja jarak dua depa,
Kau menungguku di kursi beda
Maaf, aku jarang pulang
Padahal di sana, setiap kali kudatang.
Aku menemukanmu di meja makan.
Kau; diantar serat kayu yang menyimpan kenangan.
Padahal di sana, setiap kali kudatang.
Aku menemukanmu di meja makan.
Kau; diantar serat kayu yang menyimpan kenangan.
/Punteuet, 2015
*dimuat di Serambi Indonesia, 22 Februari 2015
http://aceh.tribunnews.com/2015/02/22/malam-perayaan?page=2
*dimuat di Serambi Indonesia, 22 Februari 2015
http://aceh.tribunnews.com/2015/02/22/malam-perayaan?page=2


0 komentar:
Posting Komentar