Entah. Setiap kali mendengar lagu
ini, ingatan saya tidak berkisah tentang gadis dalam lirik-lirik ini. Saya
malah ingat ruang multimedia SMP N 1 Jemaja di kepulauan Anambas nun jauh di
sana. Biasanya, setiap kali kami atau saya ke sana, Bapak kepala ruangan itu
selalu memutar lagu ini. Entah kebetulan saja atau memang ia senang dengan lagu
ini atau lagu ini berkisah tentang dirinya sendiri di masa lalu atau mungkin
itulah urutan lagu dalam playlist mp3 di laptopnya. Entahlah. Haha. Saya pun
entah mengapa langsung men-search lagu ini di google dan mendownloadnya. Oke,
tak ada kisah saya di situ. Saya pun tak tahu kenapa saya suka.
Sesiapa yang tanpa sengaja
membuka playlist mp3 saya di hp barangkali juga akan menemukan lagu ini, saya
pun tak tahu kenapa saya suka menyimpannya. Ini lagu lama. Dinyanyikan Rheina.
Barangkali yang lahir di era 80-an jelas tahu siapa kiranya dia. Oke, saya agak
kejadul-jadulan ya? Karena senang mendengarkan lagu-lagu lama. Entah, saya pun
tak tahu kenapa saya suka. Pengaruh musik yang saya dengar ketika kecil
mungkin. Katanya sih begitu. Sebenarnya, saya bukanlah tipikal yang senang
sekali dengan musik. Tak. Saya Cuma suka lagu yang ketika saya dengarkan enak
di telinga, ya sudah. Saya sukalah lagu itu.
Saya bukan orang yang ikut
perkembangan musik di belantika tanah air maupun mancanegara. (Haisy! sedap
kata-kata). Saya mendengar lagu sekedar lewat saja. Saya, misal ditanyai
teman-teman, suka dengar lagu siapa? Saya sendiri bingung mau menjawab apa dan
siapa. Saya tak punya selera musik yang bagus. Selain saya juga tak pandai
menyanyi. Haha. Beberapa lagu yang saya suka dengar, saya simpanlah. Saya putar
kapan sempat.
Oke, kembali ke Rheina dan Habis
Manis Sepah Terbuang-nya, saya menulis ini bersebab saya rindu Jemaja ketika
mendengarnya. Ini salah satu lagu yang mengingatkan saya pada tempat itu,
tempat yang saya kunjungi setahun lepas. SMP N 1 Jemaja itu juga sering saya
datangi. Tanya kenapa? Di sana ada wifi free. Haha.
Tinggal di daerah sana, akses
internet susah. Tak ada warnet. Paket internet bisa dibeli, terkadang
jaringannya malah tersangkut angin selatan. Bayangkan si May Yusra yang tak
dapat berbuat apa-apa tanpa hiburan, selain buku-buku perpustakaan keliling dan
TTS, internet lah hiburan melepas rindu pada si ehm, nge-blog, kirim tulisan,
maupun baca tulisan orang lain.
Yang paling baik hati, pak Agus,
kepala ruang multimedia, sama sekali tak masalah dengan kedatangan kami yang
sering. Ia malah paham itu salah satu cara kami berkomunikasi dengan
teman-teman kami di Aceh, menghibur diri dari kepenatan mengajar. Bukan hanya
kami, tenaga kesehatan yang ditempatkan di sana juga melakukan hal yang sama.
Kadang di dalam ruangan, atau malah di kantin istri pak Agus. Selain SMP, kami
juga berburu jaringan internet free ke SMA. Kalau satu macet, maka kami
berpindah ke yang lain. Opsinya Cuma dua. Memang ada wifi UPT di dekat rumah
kami, tapi tak berani minta password pada pegawainya.
Pak Agus, selain bapak kepala
ruangan multimedia, ia juga orang tua siswa saya di MA. Ia ramah, senang
bercanda, mengajak kami bicara apa saja, malah kadang bercerita tentang
anak-anaknya, cerita tentang kesehariannya. Di awal-awal kedatangan, jelas kami
masih malu-malu, tak berani bertegur sapa, malah untuk senyum saja harus
lihat-lihat suasana, mungkin karena takut terlihat terlalu lancang dan berani
masuk ke lingkungan sekolah lain, ia malah tak segan menegur kami pertama kali.
Baik hati kan?
Istrinya juga baik hati dan lucu,
sering bercanda dengan kami. Ia minta dipanggil Mak Yul, supaya terlihat akrab.
Ia jualan di kantin sekolah. Keduanya pasangan yang serasi, malah sering
lucu-lucuan di depan kami. Jadilah mereka bahan gelak kami. Katanya, mereka
romantis. Aih, makin rindu pulak.
Kedekatan saya dan mereka memang
tak seberapa, tapi di dua kali lebaran, saya tetap ikut silaturrahim ke
rumahnya yang tak jauh dari kantor kecamatan. Mereka menjamu kami dengan baik.
Saya rindu orang-orang baik di sana. Saya kok ingin menuliskan tentang
orang-orang di sana ya. Baiklah. Anggap ini part 1.
Semoga selalu berbahagia di sana,
bapak Agus dan Mak Yul.

0 komentar:
Posting Komentar