Minggu, 27 November 2016

Kepada Wa, Apa kabar Bapak di sana?

Wa, maaf saya tak mengantarmu pulang.
Maaf karena saya masih lebih sibuk dengan diri sendiri dibandingkan peduli dengan orang lain. Maaf karena saya masih kurang peka tentang artinya persaudaraan dan kasih sayang.

Sejujurnya, saya telah jadi paling berduka ketika Bapak berpulang. Adikmu itu adalah orang tua terbaik saya. Adalah cahaya mata saya. Adalah hal yang paling saya syukuri kepada Tuhan. Ia sempurna untuk jadi Bapak saya, meskipun tak dapat menggantikan tempat Ayah. Ia punya posisi sendiri, lebih besar dari siapapun. Jadi, ketika siapapun setelahnya pergi, saya telah tahu apa arti 'paling bersedih' itu.

Wa, setelah Bapak pergi, saya melihat beliau dalam dirimu. Wa telah jadi bayang-bayangnya setiap kali kita bertemu dan sering membuat saya membayangkannya ada. Rupamu dan Bapak seiras tak berbeda. Kalian sekandung yang rupanya sama, namun tetap berbeda karakter. Bapak lebih keras, lebih tegas, lebih memerintah dibandingkan engkau yang memang lebih sering bicara lembut denganku. Tapi, Bapak yang begitu tetaplah Bapak paling baik. Ia selalu punya alasan untuk berbuat dan tidak berbuat sesuatu. Alasan-alasan yang setelahnya baru kita tahu. Saya barangkali sering membantah dan kesal dengan keputusan-keputusannya, tapi setelahnya baru disadari bahwa itulah yang dimaksud 'paling baik' untuk saya.

Wa, saya membayangkan kesedihan Ma setelah dua anak lelakinya pergi. Dua anak lelakinya paling bertanggung jawab atas dirinya, mencintainya, dan peduli dengan semua keluh kesahnya. Sewaktu Bapak pergi, beliau menangis sedih, memanggil-manggil Bapak dengan matanya yang rabun. Ia meraba wajah Bapak, menciuminya berulang kali. Kesedihan ibu. Dan saya membayangkannya juga di hari kepergianmu Senin (20/11) lalu.

Wa, selamat jalan dan semoga bertemu Bapak. Semoga Allah memberi ampunan tiada hingga untuk dosa dan perbuatan silap dunia, memberimu tempat paling baik. Saya tak habis-habisnya mendoakan kalian berdua. Saya bersyukur dan beruntung mempunyai kalian berdua di dunia. Sampai bertemu suatu hari. Dimana hari begitu panjang dan matahari hanya sejengkal. Semoga kita bersama terhimpun dalam surga hakiki milik Tuhan, dimana kebahagiaan kekal selamanya.

Wa, apakah kau bertemu Bapak?


*Al Fatihah untuk Wa saya, M. Yusuf bin Tgk. Ben meninggal 20 November 2016 dan kepada Bapak saya, H. Sulaiman bin Tgk. Ben. Semoga Allah rahmati dengan kucuran sayangNya.

0 komentar:

Posting Komentar

Quote

Quote

Total Pageviews