Jumat, 29 September 2017

Lagu-lagu di Mp3 Handphone

Saya pengen nulis apa saja di sini. Setiap hari blog harus terisi, meskipun jaringan internet tak selalunya ada. Pagi ini, idenya adalah lagu-lagu dalam mp3 di handphone. Konon katanya, list lagu-lagu yang didengarkan seseorang itu sangat berpengaruh terhadap dirinya. Lagu-lagu itu mencerminkan seperti apa pribadinya.

Bagaimana dengan saya?

Playlist Mp3 saya sebagian besarnya lagu-lagu india soundtrack dari film-film yang saya suka setelah menontonnya. Kadang menguras airmata, kadang mengundang tawa. Lagu-lagu yang saya kira menarik, saya save di mp3. Contohnya, saya bisa belajar seperti apa keikhlasan seseorang dalam mencintai setelah "Hamari Adhuri Kahani" menghadirkan tokoh Aarav sebagai lelaki paling ikhlas ketika mencintai Vasudha. Lainnya, saya rindu Bapak saya setelah melihat Amir Khan dalam film "Dangal", maka saya punya lagu Naina, yang terjemahan liriknya bikin kita menangis sedih.

Iya, saya ini perempuan sensitif. Dulu, seseorang pernah heran melihat saya terisak sedih ketika membaca buku, bagaimana bisa? Tak lama sesudahnya, saya tertawa sendiri. Emosi saya bertukar-tukar. Apa yang terjadi? Saya bilang, saya ini selalu berusaha masuk ke dalam apa saja ketika membaca cerita dan kisah, menonton film, atau mendengarkan lagu, dsb. Hal itu supaya saya bisa mengerti apa yang dirasa tokoh, bisa memahami perasaan-perasaan tokoh di dalamnya.

Lagu lain, lagu kenangan saya. Ia senang bernyanyi. Suaranya lumayan enak untuk didengarkan. Ia selalu bernyanyi ketika kami diam, ketika kami tak tahu harus membicarakan apa lagi, ketika ia berusaha menggoda saya, ketika ingin memotong pembicaraan yang enggan didengarnya, atau ketika tiba-tiba saja "Nyanyi boleh? Lagi pengen!" Hahaha. Setelah saya mengangguk mengiyakan, ia akan bernyanyi, kadang dengan sedikit tertawa.

Nah, lagu-lagu yang biasanya dinyanyikan olehnya, saya simpan juga. Ketika kami tak ada kabar, ketika saya rindu mengingatnya, saya putar sendiri. Kadang rindu bukannya sembuh, malah makin parah. Saya jadi membayangkan ia tertawa besar, membayangkan matanya saat itu, membayangkan suara tawanya yang gema. Dengan memejamkan mata, segalanya jadi lebih jelas. Begitulah.

Diantara semuanya, ia paling senang dengan Iwan Fals. Berkarakter, katanya. Lagu-lagunya berisi, liriknya bagus, sebagian mengkritik, begitu katanya. Ia hafal semua lagu-lagu milik Iwan Fals. Yang paling berkesan buat saya itu "Entah". Ia nyanyikan dulu sambil bermain gitar, sambil menatap saya. Haha. Sudahlah. Pokoknya, saat itu bahagia.

Selebihnya, lagu malaysia. Oke, jangan bayangkan ini lagu lama pada zamannya Newboyz, Iklim, Screen, Lestari, atau Stings. Bukan. Ini lagu-lagu soundtrack film Malaysia yang senang saya tonton. Kebanyakan malah mirip dengan kisah saya. Baper yah?

Saya tak mendengarkan lagu inggris. Saya tak pandai bahasa inggris.Sebagian yang lirik dan terjemahannya saya tau, lalu suka, baru saya cari. Itupun sesekali saja didengarkan. Jika ada yang benar-benar saya suka, maka saya akan memutarnya sampai puas. Berkali-kali, sampai yang di luar kamar kadang protes. Haha

Saya juga punya beberapa surat yang saya suka, seperti Al Mulk, Yaasin, Alkahfi, dsb. Keseringan saya putar ketika butuh tenang, sedih atau akan tidur. Rasanya seperti dingajikan menjelang tidur. Rasanya waaah, menenangkan.

Hmm, begitulah. Setelah semuanya, bisa tebak saya perempuan seperti apa?


Selasa, 26 September 2017

Kepada Bapak; Surat I


Bapak, perempuan kita menangis malam ini. 

Aku sedang di kamar ketika kudengar ia menangis tiba-tiba. Suaranya terdengar pilu sekali. Aku bangkit mencari tahu penyebab kenapa ia menangis. Awalnya, kukira ada kabar duka. Barangkali setelah menerima telepon, seseorang memberinya kabar buruk. Ternyata bukan, ia sedang kesakitan. Jari jempol kakinya bekas operasi dulu, tak sengaja tersentuh dengan sandal yang biasa dipakainya ke kamar mandi. Katanya, ia hendak wudhu dan salat isya. Memang, jari yang luka itu sudah kubersihkan tadi, kupotong bagian-bagian yang terlihat akan membusuk, kulap sampai bersih, lalu kuberi salep lukanya.

Aku bingung, tidak tahu harus melakukan apa. Kulihat kakinya, tak ada darah. Hanya sedikit kemerahan dari jari-jari ke pertengahan telapak. Katanya sakit di dalamnya. Ia terus saja menangis. Meskipun sudah kukatakan, tak apa-apa. 

Sebenarnya, aku juga takut. Aku bisa saja mengatakan tak apa-apa, padahal di dalam sana lukanya mungkin tak baik-baik saja. Aku mencoba menghibur. Tapi ia terus saja menangis. Pilu sekali, Bapak. Seolah tangis itu sudah ditahannya sejak lama. Seperti kesakitan yang dideritanya tidak hanya di kaki yang luka itu, tapi juga di hati dan di pikirannya. 

Setelah kupastikan ia baik-baik saja, aku ke kamar untuk mengambilkan minyak rambut. Tapi ia masih menangis di belakang ku. Aku kembali ke kamarnya, membuka minyak, dan menggosok pelan pada betis dan kakinya. Tangisnya agak mereda. Kuurut pelan dari betis, kaki, telapak, sampai ke ujung semua jari kakinya. Pelan dan melakukan tekanan di titik-titik tertentu. Ia terlihat membaik. Tangisannya hanya menyisakan isak-isak kecil. Kuurut terus, sampai akhirnya tangis itu mereda. Aku lega.

Bapak, seingatku sepanjang sakitnya ia tak pernah menangis begitu, pun ketika ia kecewa padaku karena aku tak melakukan sesuatu yang dimintanya. Makanya, saat ia bereaksi begitu tadi, aku agak ketakutan.

Barangkali, jika kau yang di sini, kau tentu akan lebih khawatir dibanding aku. Aku ingat ketika ia masuk angin dulu, kau yang selalu menggosokkan minyak tanah ke badannya, atau ketika ia panas kau yang membuatkannya minyak kelapa dicampur bawang merah, lalu membalurinya ke tubuh. Apatah lagi ini, yang sakitnya lebih parah. Kau paling bersetia dibanding siapa saja, Bapak.

Bapak, mintalah pada Tuhan untuk kesembuhannya. Tolong, mintalah apa saja yang terbaik untuknya. Kebahagiaanya. Keriangan hatinya. Kebaikan dunia akhiratnya. Apa saja. 

Dan, maafkan aku. Karena rasanya aku memang tak pernah menjadi yang sempurna untuk menjaga perempuan kita. Tapi percayalah, aku sedang berusaha untuk itu. Semoga di sana, kau selalu mendoakan kami. 

Bapak, suatu hari kita akan berkumpul. Betapa aku tak sabar menunggu hari itu. 


rumahkampungkita, 26 Sept 2017

Para Lelaki dalam Catatan

Rasanya lama sekali tak menulis di sini. Ditinggalkan begitu saja tanpa tulisan, sampahkah itu, entahlah. Pokoknya tulisan.

September sudah menuju akhir. Hujan juga mulai turun sesekali. Ketika saya menuliskan catatan ini, dari atap terdengar suara tik tik tik yang tak beraturan sama sekali seperti di lagu, sesekali ditingkahi suara batuk umi dari kamarnya, juga kelentengan punggung wajan kakak warung sebelah rumah yang berjualan mie.

Saya sudah lama ingin menulis lagi. Memuisikan kesedihan kah, cerita-cerita cengeng, atau malah obrolan ringan seperti ini. Saya ingin bicara. Saya tak lagi punya teman berbincang apa saja. Waktu dan usia telah menyibukkan mereka. Seolah, yang tersisa di dunia ini hanya saya yang tak berguna.

Akhir-akhir ini, saya sering memperhatikan lelaki di sekeliling saya, terutama di keluarga. Ada CH, YL, OU, dan sebenarnya banyak, tapi tak perlu lah saya ceritakan semuanya.

CH, ia adalah tipikal lelaki rajin, tak banyak bicara, senang melakukan banyak hal, dan terlihat bertanggung jawab sekali. Ia punya tiga putra putri yang yang cantik, tampan, dan pintar. Sehari-hari, saya melihatnya bahwa ia berusaha menjadi ayah terbaik bagi mereka. Ia memanjakan mereka, namun juga bertegas sikap sesekali. Mereka kerap bercanda, punya quality time bersama keluarga, dan sesekali juga membawa anak-anaknya bermain ke pantai.

YL, juga hampir sama seperti CH, ia penyayang, bertanggung jawab, dan sayang pada keluarga. Namun, ia terlalu memproteksi putranya secara berlebihan. Mungkin sebagai anak pertama, wajar si putra ini terlihat di manja. Yah, ada beberapa hal soal parenting yang tak sejalan dengan saya. Istimewanya, YL ini amat mencintai ibunya. Ia anak bungsu yang tidak sesuai seperti kalimat "Aneuk tulot toet ate ma" (Anak bungsu sering menyakiti hati ibu). Setiap si ibu sakit, ia selalu berusaha ada, mengantar kemana pun jika diminta. YL dan CH, sama setianya terhadap keluarga mereka. Banyak kali saya sudah lihat kenyataannya.

OU, dibanding YL, imbanglah perasaan dua lelaki ini untuk soal menyayangi anak. OU akan melakukan apa saja untuk si anak, mengabulkan apa saja permintaan anak, tidak pernah memarahi anak, dan membenarkan semua hal yang dilakukan anak. Lagi-lagi, ada yang tak sesuai dengan saya. Tapi saya tetap mengacungi jempol tentang ia yang rajin, ulet, dan tangguh. Ia bertanggung jawab pada keluarganya, ringan tangan membantu si istri, dan ramah pada semua orang. Oleh karenanya, orang-orang mengenalnya sebagai orang yang baik, senang membantu, dan suka memberi.

Aneh ya, kenapa saya jadi memperhatikan tingkah laku mereka sehari-hari. Sebenarnya, (lagi-lagi persoalan ini) saya sedang melihat apa yang harus dipunyai oleh lelaki yang mendampingi saya nanti. Ya, tak ada manusia sempurna. Saya pun demikian. Tapi apa salahnya jika semua sifat baik para lelaki di sekeliling saya itu dipunyainya.

Saya membayangkan bersama seseorang yang penyayang, bertanggung jawab, jujur, senang bermain dengan anak, senang membantu istri, mencintai ibunya, dan paling penting ia mencintai keluarga.

Saya yakin, saya sudah bertemu dengan yang begini. Tapi Tuhan yang paling tahu mana tepat dan tidak. Semoga, PH.




Quote

Quote

Total Pageviews